picture credit to tumblr |
Setelah beberapa orang berbicara seperti itu, aku diam sejenak dan berkata di dalam hati "ah, mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya". Lalu aku menjawab pertanyaan mereka, "iya dong, rumahku kan dekat". Memang jawabanku sedikit sombong. Tapi itulah keuntungan kalau jarak kampus dan rumah tidak terlalu jauh.
Tahukah kalian mengapa aku berkata seperti itu di dalam hati? Apakah memang benar mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya? atau mereka hanya pura-pura bertanya saja seperti itu?
Lantas, mengapa diriku selalu menyempatkan waktu untuk kembali ke rumah di sela-sela kesibukan kampus?
Ya, ini lah alasan dari "mereka tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya":
1. Aku menempatkan Tuhan di prioritas nomor 1 dan keluarga di nomor 2.
Aku juga tidak asal-asal memilih keluarga untuk berada di prioritas nomor 2 ku. mengapa keluarga berada di prioritas nomor 2?
Karena keluarga adalah orang-orang yang telah diutus Tuhan. Ya itu benar. Dimana ada mama yang melahirkan ku, papa yang bekerja keras membanting tulang untuk keluarga, dan adek yang menjadi teman serius maupun bercanda. Aku bisa melihat langsung wajah-wajah anggota keluarga dan bisa menikmati waktu bersama entah itu berbicara, bercanda gurau, ataupun sekedar makan bersama
Nah, yang paling pentingnya itu kita tidak tahu apa yang terjadi kedepannya di dalam keluarga. Misalnya saja yang baru aku alamin sendiri, yaitu papa ku pindah dinas ke ujung Indonesia (merauke) semenjak minggu kedua bulan februari tahun 2018. Nah, kalau misalnya semenjak aku menjadi mahasiswa (Juli 2017), aku jarang mengunjungi rumah bahkan tidak pernah, aku pasti akan sangat merindukan sosok papa dalam hidupku yang benar-benar bisa kulihat saat aku kembali ke rumah.
2. Ada acara keluarga dan gereja bersama keluarga.
Memang, acara keluarga itu seperti acara yang menurutku sangat tidak bisa ditinggal. Apalagi jika acara keluarganya itu berasal dari keluarga besar yang buat ngumpul saja susah. Nah untuk masalah gereja bareng, menurutku lebih enak gereja bersama keluarga daripada gereja bersama teman. Kenapa? Kembali lagi ke poin 1 yang sudah aku katakan tadi, bahwa kita tidak tahu apa yang terjadi pada keluarga kita kedepannya.
3. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di kehidupan kampus yang akan datang.
Nah disini aku belajar dari pengalaman kakak tingkat yang saat itu sedang menyusun skripsi dan berkata bahwa ia menyesal saat tidak sibuk, ia tidak kembali ke rumah. Kenapa? karena disaat sibuk-sibuknya ia, ia pasti tidak bisa kembali ke rumah dan merasakan home sick. Oleh sebab itu, aku ingin meminimalisir kejadian yang terjadi pada kakak tingkat ini. Karena pengalaman adalah guru yang terbaik.
4. Ini dia poin yang paling penting dari pertanyaan "kapan mandirinya kalau pulang terus?".
Ya sebenarnya sih ini tergantung pribadi masing-masing. Tapi kalau aku sendiri, aku sudah terbiasa mandiri dari kecil karena memang sering ditinggal oleh orang tua dan sendiri di rumah saat SD saja sudah biasa. Itulah kenapa ketika aku menjadi anak kost, aku merasakan hal yang biasa-biasa saja. Ya mungkin perbedaanya cuma satu, yaitu tidak bisa melihat dan merasakan kasih sayang dari keluarga secara langsung.
Yak, itu adalah 4 alasan ku yang mungkin salah satu atau beberapa juga mewakili alasan orang-orang diluar sana yang sering pulang karena jarak kampus dengan rumah itu tidak jauh.
Jadi, jangan asal mengambil kesimpulan tentang orang-orang yang suka pulang ke rumah ya. cheers!
Jadi, jangan asal mengambil kesimpulan tentang orang-orang yang suka pulang ke rumah ya. cheers!
Sekitar 1 jam lagi, diriku akan pulang ke rumah.
Malang, 3 Maret 2018.
Yang poin ke-3 ,aku pun berfikiran seperti itu. Lanjutkan yon!
BalasHapuswah ternyata ada yang satu pemikiran denganku di poin 3. siap, terimakasih!:)
Hapus